Jumat, 17 April 2009

Kesederhanaan Malam yang Mewah



Menyambut kedatangan malam, menyorak suara tiada henti. Menggugah keheningan yang tak berarti di hadapan segerombolan pemuja malam meneriakan keriangan, beertingkah layaknya ini adalah hari yang merdeka buat mereka. Berkata pada nurani `benarkah keberadaan malam ini hanya se-per sekian jengkal dari apa yang menjadi beban pikiran setiap orang?’ saat seorang bisa memanfaatkan keceriaan malam maka musnahlah penderitaan beban pikiran mereka, tetapi sebaliknya, jika seorang itu membuang semua peluang kecerian yang masuk, maka habis lah kecerian itu tak bernaung dalam dirinya.

Kadang setiap malam pasti mempunyai arti sendiri,
• Jjika malam senin dating berarti, kesiapan kita menyambut pekerjaan esoknya,
• Banyak orang bilang jika malam jum`at itu malam yang menyeramkan apalagi kalau pas malam jum`at kliwon, mereka kadang menyangka setan – setan jadwal hang-out nya malam jum`at. Padahal tiap malam juga setan suka bikin party (just kidding, jangan marah y, wahai ciptaan Tuhan).
• Kalau malam Sabtu, biasanya orang – orang bilang, malam persiapan buat weekend, ada juga sih yang memanfaatkan keberadaan malam sabtu ini sebagai hari buat merka hangout, shoping, fitness atau anythingl lah.
• Nah malam especially bagi orang – orang adalah malam minggu, kata orang sih malam minggu itu long..long..long night. Ya percaya atau tidak anda buktikan saja. Dan biasanya malam minggu paling banyak moment-nya bagi orang – orang tertentu, tapi tidak menutup kemungkinan jika kita bisa memanfaatkan keberadaan malam itu dengan peluang kecerian, maka moment yang kita inginkan atua yang kita tidak sangka akan hadir menghias diri kita.

Kesederhanaan malam membuat kita mencoba tuk memahami akan keberadaan diri kita yang hanya sebagai bidak catur dalam diri kita sendiri. Dan kita hidup pun berada dalam naugan waktu yang tak terbatas hingga nanti dan entah sampai kapan naugan waktu itu teerhenti. Tapi waktu bicara lain setiap penghias waktu adalah kesempatan kita menciptakan moment yang buat kita berarti di malam itu.

Terlantun bait puisi tentang malam ;
~ diTeLan MaLam ~
Adakah kebencian yang telah kamu rasakan
Ataukah rasa kecewa penuh harapan
Telah membuat semua menjadi beku..
Mungkinkah kebekuan akan mencair
Dalam suasana dingin berselimutkan kangen
Yang lenyap ditelan malam…
kemudian menjelma menjadi benci…
dan akankah kebencian itu telah membatu..
Walau rasa kangen tetap ada…
Itu semua adalah nyata
Ada dalam diri setiap insan yang di tinggal pergi…
tanpa sepatah kata yang bisa mewakili
Sehingga aku tidak merasakan benci yang begitu lama
namun setahun terasa hanya sehari ketika deretan
puisi telah dibaca dan diabadikan menjadi sebuah
situs yang begitu indah…
Sehingga rasa benci dan beku telah berubah
menjadi sebuah kata yang bermakna…
Tetapi tetap ada disetiap relung diantara kita…
By ; Mr.Poem.com, Jakarta, 28/02/2008

Berdendang bersama ramainya suasana malam itu, tertawa bahagia menumpas kesedihan, tentang malam aku hanya bisa bicara “kesederhanaan malam yang mewah.”

Label:

Teori Motivasi dari David Clarence McClelland



Oleh : P. Erianto Hasibuan

David Clarence McClelland (1917 – 27 Maret 1998) memperoleh BA pada tahun 1938 dari Universitas Wesleyan dan MA pada tahun 1939 pada Universitas Missouri serta Ph. D dalam bidang psikologi eksperimental pada Universitas Yale tahun 1941. McClelland pengajar di Sekolah Tinggi Connecticut dan Universitas Wesleyan sebelum diterima pada tahun 1956 di Universitas Harvard. Setelah ia bergabung selama 30an tahun di Harvard ia pindah ke Universitas Boston tahun 1987.
McClelland mengajukan teori motivasi yang didasarkan atas teori personaliti dari Henry Murray (1938), yang menset suatu model komprehensif dari kebutuhan manusia dan proses-proses motivasi. Henry A. Murray (13 Mei 1893 – 23 Juni 1988) adalah seorang Psikolog Amerika yang mengajar lebih dari 30 tahun di Universitas Harvard. Ia adalah pendiri Lembaga Psikoanalitis Boston dan mengembangkan teori personaliti yang didasarkan pada “kebutuhan” dan “tekanan”. Ia juga adalah pengembang Thematic Apperception Test (TAT) yang secara luas digunakan oleh para psikolog.
Didalam bukunya The achieving society (1961) McClelland merumuskan bahwa motivasi manusia dibagi kedalam tiga kebutuhan utama, yaitu : Kebutuhan untuk berprestasi (Need for achievement/n-Ach), Kebutuhan untuk berkuasa (Need for power/n-Pow) dan Kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation /n-Aff). Pokok penting dari masing-masing kebutuhan berbeda untuk tiap-tiap individu dan juga tergantung pada latar belakang kultur masing-masing individu. Ia juga menyatakan bahwa motivasi yang kempleks ini adalah suatu faktor penting didalam perubahan sosial dan evolusi didalam kemasyarakatan. Peninggalannya juga termasuk sistim skoring yang dikembangkan bersamaan untuk Thematic Apperception Test (TAT) yang dikembangkan oleh Murray and Morgan (1935). TAT tersebut digunakan untuk menilai personaliti dan meneliti motivasi seseorang. 1 Penggunaan teori ini di organisasi modern cukup berkembang utamanya untuk menyesuaikan kebutuhan seseorang dengan bidang tugas yang sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya. Sekalipun belum digunakan secara umum dalam proses rekrutmen, tetapi beberapa perusahaan telah mendasarkan teori ini dalam hal penempatan dan penetapan grade untuk tiap karyawannya.



TEORI KEBUTUHAN McClelland
Didalam teori kebutuhan yang digambarkan dalam model Murray, David McClelland mengatakan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk melalui pengalaman hidup seseorang. Sebagian besar dari kebutuhan ini dapat dikelompokkan menjadi prestasi, afiliasi dan kekuasaan. Keefektifan seseorang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dipengaruhi oleh ketiga kebutuhan tersebut. Teori McClelland kadang-kadang di katakan sebagai teori tiga kebutuhan atau sebagai teori kebutuhan yang dipelajari (learned needs theory).
Sesuai dengan namanya teori kebutuhan yang dipelajari, maka teori ini pada awalnya didasari pada kenyataan bahwa para sarjana yang memiliki prestasi tinggi di kampus tidak selamanya dapat menunjukkan prestasi yang tinggi didalam pekerjaan. Atas dasar tersebut dilakukan penelitian terhadap para pekerja yang sukses, dan mengapa mereka dapat sukses dalam pekerjaannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh karakteristik yang ditunjukkan oleh individu dengan kinerja yang menonjol. Karakteristik tersebut mungkin juga dimiliki oleh mereka yang tidak berprestasi menonjol, tetapi pada mereka yang berprestasi menonjol, karakteristik tersebut lebih sering ditunjukkan dan diberbagai situasi dengan hasil yang lebih baik. Hal tersebut dikenal dengan istilah Kompetensi.
Pada perkembangan selanjutnya kompetensi diuraikan lebih lanjut dengan uraian bahwa struktur kompetensi dibedakan menjadi dua, yaitu hard competancy dan Soft competancy. Hard competancy adalah kompetensi yang kelihatan dipermukaan dan lebih mudah dikembangkan, seperti keterampilan dan pengetahuan, sedang Soft competancy adalah bagian yang tidak terlihat karena berupa nilai citra diri seseorang dan sifat motif dari seseorang, kompetensi ini lebih sulit dikembangkan, dan kompetensi jenis ini yang lebih menentukan keberhasilan dalam jangka panjang.

ALIRAN BARU
Yang termasuk aliran baru adalah W.W.Rostow membagi tahap pertumbuhan ekonomi terdiri dari:
a. masyarakat tradisional, masih mementingkan diri sendiri
b. prasyarat lepas landas (transisi)
c. lepas landas, (take off)
d. tingkat kematangan (maturiti)
b. masa konsumsi tinggi (high consumption)

Label:

Kerja, Alienasi dan Determinisme Ekonomi



Pemikiran Marx muda yang mengangkat konsep tentang alienasi dan humanisme, mengingat dewasa ini persoalan dehumanitas dan anomali moralitas semakin akut dan memprihatinkan. Pertanyaan tentang keabsahan Marxisme paska Uni Soviet, dalam politik dan kenegaraan dapat dijawab melalui demokratisasi di Uni Soviet, sekaligus kemajuan ekonomi RRC. Menafikan Marxisme sebagai bagian integral dari filsafat adalah naïf. Marxisme berbeda secara distingsif dari Marxisme-Leninisme. Marxisme-Leninisme yang menjadi acuan partai-partai komunis cenderung berorientasi pada idologi dan kekuasaan. Sementara Marxisme anti terhadap ideology, Marx mengatakan bahwa ideologi adalah perpanjangan tangan kapitalisme. Di negara-negara sosialis negara disakralkan. Pada Marxisme negara adalah perwujudan dari kelas yang menghisap kelas lain.

Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari, yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.
Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial ansich, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun.
Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi).
Umumnya alienasi mengacu kepada perasaan yang dapat berupa dislokasi atau disorientasi ekstrem. Konsep yang subyektivistik ini adalah bagian dari konsep alienasi Marx, namun hanya bagian kecil. Yang lebih fundamental, alienasi adalah kenyataan obyektif tentang hidup kita sendiri, dimana kita dapat saja teralienasikan meski tanpa pernah menyadarinya.

Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni: alienasi dari produk, dari aktivitas produksi, dari esensi-spesies kita, dan dari orang lain. Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga, alienasi dari esensi-spesies. Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
Alienasi sebagai derivat pemikiran Hegel diterapkan pada manusia kongkret. Ia membagi alienasi atas tiga kategori, yaitu alienasi kerja, alienasi sosial dan alienasi religius. Alienasi dengan argumen-argumen filosofis memperoleh pencerahan. Melalui alienasi humanisme Marx memperlihatkan suatu validitas dan menampilkan makna emansipatoris.

Gagasan Marx tentang agama didasarkan pada pemikiran Feuerbach. Feuerbach mengatakan bahwa bukan Tuhan manjadikan manusia. Sebaliknya manusia yang menjadikan Tuhan. Tuhan adalah proyeksi manusia. Tuhan adalah bukti dari penderitaan dan kepapaan manusia. Marx selanjutnya merumuskan suatu konsep bahwa Agama adalah 'candu bagi masyarakat'. Idealisme Feuerbach mengandung hal-hal berikut : dia tidak begitu saja menerima hubungan yang didasarkan atas kecenderungan timbal-balik diantara umat manusia, seperti cinta kelamin, persahabatan, bebas, pengorbanan diri di dunia sebagaimana adanya tanpa menghubungkannya dengan agama tertentu, yang baginya juga tergabung pada masa lampau, tetapi kebalikannya dia menegaskan bahwa segala kebaikan akan memperoleh nilai yang penuh daya apabila dikuduskan atas nama agama. Agama yang diselidik Feurbach adalah agama Kristen, yang dibuktikannya bahwa Tuhan agama Kristen hanyalah suatu pencerminan fantastik, suatu bayangan dan cermin dari manusia.

Oleh karena kebrutalan Stalin negara dan Satelit Eropa Timur lainnya, memuncul golongan Neo-Marxisme. Mereka mempertanyakan validitas ajaran Marx dalam kaitannya dengan kapitalisme tua. Mereka membongkar gagasan Marx awal tentang alienasi, humanisme, premis-premis Marx yang diselewengkan oleh rezim komunis yang berkuasa. Erich Fromm juga seorang Neo-Marxist menampilkan pentingnya psiko-analisis. Marcuse mengalihkan basis revolusioner di luar kaum buruh. Dalam masyarakat mapan basis merah tergeserkan ke pada anak muda, mahasiswa, masyarakat kumuh di Getho, para narapidana. Dalam masyarakat melimpah seperti Amerika, kaum buruh telah kehilangan kekuatan revolusionernya. Buruh terpreteli justru oleh kemakmuran dan orientasi konsumerisme. Buruh terlena dan berbalik menjadi penyangga kapitalisme. Menurut Marcuse dalam negara sejahtera mestinya alienasi menghilang. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Kapitalis dengan teknik eksploitasi canggih telah menciptakan suatu kebutuhan palsu. Mereka terbius dalam masyarakat konsumen. Kaum buruh kehilangan kekuatan revolusioner, menjadi permisif dan berbalik menjadi pendukung kapitalisme. Buruh terabsorsi ke dalam sistem. Ajaran Marx kehilangan validitas, akan tetapi justru karena invaliditas ini Marxisme menjadi relevan. Ajaran Marx muda menjadi tumpuan kaum neo-marxisme. Inilah sisi visioner Marxisme.
Pada Neo-Marxisme, teori alienasi dikritisi. Humanisme Marx diangkat ke permukaan. Pola dan hukum perkembangan masyarakat ditemukan. Tokoh Mazhab Frankfurt, generasi pertama lainnya, yaitu Hoikheimer dan Adorno menelusuri kekuatan kapitalisme tua. Gramcy mencurahkan perhatian pada dominasi dan kekuasaan Adorno dengan formula seni dan estetika serta hegemoni politik dalam Marxisme. Dimensi kebudayaan dimasukkan ke dalam marxisme. Fetitisme yang berpuncak orientasi konsumeristik menjadi perhatian Adorno dan Marcuse. Selain itu pemikiran tentang berbagai dimensi manusia dibongkar dari perspektif. Itulah sebabnya Marx dikenal sebagai seorang filsuf dengan gagasan-gagasan emansipatoris. Pemikiran Marx muda mengusung premis-premis filosofis dan utopia dikonstatir sarat dengan advokasi dan bersifat proyektif ke masa depan. Karl Korsch, tokoh Neo-Marxist mengangkat unsur utopi yang tersebar hampir di seluruh karya Marx sebagai suatu kekuatan yang relevan untuk diperjuangkan. Utopi justru menjadi kekuatan dahsyat bagi antisipasi terhadap peradaban manusia.

Gagasan-gagasan Marx, terutama karya-karya awal menjadi landasan pijak Neo-Marxisme terutama dalam teori kritisisme untuk membongkar dan melepaskan manusia dari belenggu eksploitasi. Marxisme diinterpretasikan kembali secara kontekstual sesuai dengan perkembangan kapitalisme tua, Marxisme diteropong dengan ancangan baru. Unsur psikologis dan kebudayaan dan historisitas menjadi landasan pijak bagi Neo-Marxisme menggantikan ekonomi sebagai landasan bagi Marxisme ortodoks.
Pemikiran Marx muda boleh menjelaskan permasalahan akut dan disorientasi moralitas masyarakat dewasa ini. Marx menegaskan bahwa komunisme adalah penghapusan hak milik dan alienasi diri manusia. Komunisme adalah kembalinya manusia sebagai mahluk sosial. Manusia menjadi manusia yang sesungguhnya; kembalinya pada kesadaran yang mengasimilasikan kekayaan perkembangan di masa lampau. Marx menegaskan bahwa "komunisme sebagai suatu perkembangan penuh naturalisme adalah humanisme", selanjutnya ditandaskan bahwa "sebagaimana suatu perkembangan penuh humanisme adalah naturalisme". Ungkapan ini memperlihatkan bagaimana Marx mendefinisikan filsafatnya sebagai akhir filsafat dan bersifat emansipatoris.

Label: