Jumat, 17 April 2009

Kerja, Alienasi dan Determinisme Ekonomi



Pemikiran Marx muda yang mengangkat konsep tentang alienasi dan humanisme, mengingat dewasa ini persoalan dehumanitas dan anomali moralitas semakin akut dan memprihatinkan. Pertanyaan tentang keabsahan Marxisme paska Uni Soviet, dalam politik dan kenegaraan dapat dijawab melalui demokratisasi di Uni Soviet, sekaligus kemajuan ekonomi RRC. Menafikan Marxisme sebagai bagian integral dari filsafat adalah naïf. Marxisme berbeda secara distingsif dari Marxisme-Leninisme. Marxisme-Leninisme yang menjadi acuan partai-partai komunis cenderung berorientasi pada idologi dan kekuasaan. Sementara Marxisme anti terhadap ideology, Marx mengatakan bahwa ideologi adalah perpanjangan tangan kapitalisme. Di negara-negara sosialis negara disakralkan. Pada Marxisme negara adalah perwujudan dari kelas yang menghisap kelas lain.

Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari, yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.
Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial ansich, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun.
Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi).
Umumnya alienasi mengacu kepada perasaan yang dapat berupa dislokasi atau disorientasi ekstrem. Konsep yang subyektivistik ini adalah bagian dari konsep alienasi Marx, namun hanya bagian kecil. Yang lebih fundamental, alienasi adalah kenyataan obyektif tentang hidup kita sendiri, dimana kita dapat saja teralienasikan meski tanpa pernah menyadarinya.

Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni: alienasi dari produk, dari aktivitas produksi, dari esensi-spesies kita, dan dari orang lain. Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga, alienasi dari esensi-spesies. Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
Alienasi sebagai derivat pemikiran Hegel diterapkan pada manusia kongkret. Ia membagi alienasi atas tiga kategori, yaitu alienasi kerja, alienasi sosial dan alienasi religius. Alienasi dengan argumen-argumen filosofis memperoleh pencerahan. Melalui alienasi humanisme Marx memperlihatkan suatu validitas dan menampilkan makna emansipatoris.

Gagasan Marx tentang agama didasarkan pada pemikiran Feuerbach. Feuerbach mengatakan bahwa bukan Tuhan manjadikan manusia. Sebaliknya manusia yang menjadikan Tuhan. Tuhan adalah proyeksi manusia. Tuhan adalah bukti dari penderitaan dan kepapaan manusia. Marx selanjutnya merumuskan suatu konsep bahwa Agama adalah 'candu bagi masyarakat'. Idealisme Feuerbach mengandung hal-hal berikut : dia tidak begitu saja menerima hubungan yang didasarkan atas kecenderungan timbal-balik diantara umat manusia, seperti cinta kelamin, persahabatan, bebas, pengorbanan diri di dunia sebagaimana adanya tanpa menghubungkannya dengan agama tertentu, yang baginya juga tergabung pada masa lampau, tetapi kebalikannya dia menegaskan bahwa segala kebaikan akan memperoleh nilai yang penuh daya apabila dikuduskan atas nama agama. Agama yang diselidik Feurbach adalah agama Kristen, yang dibuktikannya bahwa Tuhan agama Kristen hanyalah suatu pencerminan fantastik, suatu bayangan dan cermin dari manusia.

Oleh karena kebrutalan Stalin negara dan Satelit Eropa Timur lainnya, memuncul golongan Neo-Marxisme. Mereka mempertanyakan validitas ajaran Marx dalam kaitannya dengan kapitalisme tua. Mereka membongkar gagasan Marx awal tentang alienasi, humanisme, premis-premis Marx yang diselewengkan oleh rezim komunis yang berkuasa. Erich Fromm juga seorang Neo-Marxist menampilkan pentingnya psiko-analisis. Marcuse mengalihkan basis revolusioner di luar kaum buruh. Dalam masyarakat mapan basis merah tergeserkan ke pada anak muda, mahasiswa, masyarakat kumuh di Getho, para narapidana. Dalam masyarakat melimpah seperti Amerika, kaum buruh telah kehilangan kekuatan revolusionernya. Buruh terpreteli justru oleh kemakmuran dan orientasi konsumerisme. Buruh terlena dan berbalik menjadi penyangga kapitalisme. Menurut Marcuse dalam negara sejahtera mestinya alienasi menghilang. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Kapitalis dengan teknik eksploitasi canggih telah menciptakan suatu kebutuhan palsu. Mereka terbius dalam masyarakat konsumen. Kaum buruh kehilangan kekuatan revolusioner, menjadi permisif dan berbalik menjadi pendukung kapitalisme. Buruh terabsorsi ke dalam sistem. Ajaran Marx kehilangan validitas, akan tetapi justru karena invaliditas ini Marxisme menjadi relevan. Ajaran Marx muda menjadi tumpuan kaum neo-marxisme. Inilah sisi visioner Marxisme.
Pada Neo-Marxisme, teori alienasi dikritisi. Humanisme Marx diangkat ke permukaan. Pola dan hukum perkembangan masyarakat ditemukan. Tokoh Mazhab Frankfurt, generasi pertama lainnya, yaitu Hoikheimer dan Adorno menelusuri kekuatan kapitalisme tua. Gramcy mencurahkan perhatian pada dominasi dan kekuasaan Adorno dengan formula seni dan estetika serta hegemoni politik dalam Marxisme. Dimensi kebudayaan dimasukkan ke dalam marxisme. Fetitisme yang berpuncak orientasi konsumeristik menjadi perhatian Adorno dan Marcuse. Selain itu pemikiran tentang berbagai dimensi manusia dibongkar dari perspektif. Itulah sebabnya Marx dikenal sebagai seorang filsuf dengan gagasan-gagasan emansipatoris. Pemikiran Marx muda mengusung premis-premis filosofis dan utopia dikonstatir sarat dengan advokasi dan bersifat proyektif ke masa depan. Karl Korsch, tokoh Neo-Marxist mengangkat unsur utopi yang tersebar hampir di seluruh karya Marx sebagai suatu kekuatan yang relevan untuk diperjuangkan. Utopi justru menjadi kekuatan dahsyat bagi antisipasi terhadap peradaban manusia.

Gagasan-gagasan Marx, terutama karya-karya awal menjadi landasan pijak Neo-Marxisme terutama dalam teori kritisisme untuk membongkar dan melepaskan manusia dari belenggu eksploitasi. Marxisme diinterpretasikan kembali secara kontekstual sesuai dengan perkembangan kapitalisme tua, Marxisme diteropong dengan ancangan baru. Unsur psikologis dan kebudayaan dan historisitas menjadi landasan pijak bagi Neo-Marxisme menggantikan ekonomi sebagai landasan bagi Marxisme ortodoks.
Pemikiran Marx muda boleh menjelaskan permasalahan akut dan disorientasi moralitas masyarakat dewasa ini. Marx menegaskan bahwa komunisme adalah penghapusan hak milik dan alienasi diri manusia. Komunisme adalah kembalinya manusia sebagai mahluk sosial. Manusia menjadi manusia yang sesungguhnya; kembalinya pada kesadaran yang mengasimilasikan kekayaan perkembangan di masa lampau. Marx menegaskan bahwa "komunisme sebagai suatu perkembangan penuh naturalisme adalah humanisme", selanjutnya ditandaskan bahwa "sebagaimana suatu perkembangan penuh humanisme adalah naturalisme". Ungkapan ini memperlihatkan bagaimana Marx mendefinisikan filsafatnya sebagai akhir filsafat dan bersifat emansipatoris.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda