Rabu, 01 April 2009

HOPE (from my Heart) `Rich Devos`


Tentang Rich Devos, beliau adalah salah satu pendiri Amway, dan pemilik dari NBA Orlando Magic, serta hobinya adalah berlayar. Hidup dari keluarga sederhana dan dari kecil beliau banyak belajar dari apa yang beliau hadapi sehari – hari adalah sebuah pengalaman tentang bagaimana menjalani kehidupan yang ada di hadapan kita.
“Pengalaman bukanlah apa yang terjadi kepada anda ; pengalaman yang anda perbuat dengan apa yang terjadi kepada anda” (Alduous Huxley).

“Dan ketika saya berbicara tentang sukses, saya bukanlah mengukurnya dari uang atau posisi. Sesungguhnya saya percaya bahwa sukses adalah sebisa Anda menggunakan talenta – talenta yang telah Tuhan berikan kepada Anda” (Rich Devos).

Ini adalah buku (Hope from my Heart – Rich Devos) tentang hikmat yang praktis, penuh dengan banyak wawasan sederhana yang saya peroleh lewat pengalaman – pengalaman hidupnya selama tujuh puluh tahun lebih. Sasaran dari adanya buku ini (red.) adalah memberi anda pengharapan dalam kehidupan Anda.
Yang mana isi dari buku tersebut adalah mempelajari `10 Pelajaran dalam Kehidupan` dari dalam setiap individu manusia ; Pengharapan ; Keuletan ; Kepercayaan Diri ; Optimisme ; Penghormatan ; Akuntabilitas ; Keluarga ; Kebebasan ; Iman ; Kasih Karunia.

• Lesson

1. Pengharapan
“Hanya pada Tuhan saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Rich Devos).

Tak ada kehidupan manusia yang tanpa masalah, tetapi bagaimana kita berusaha sebaik – baiknya memandang masalah itu sebagai sebuah tantangan dan tidak pernah kehilangan pengharapan.Rich Devos percaya bahwa tantangan yang baik memberikan peluang baru – peluang untuk belajar, bertumbuh, meraih kekuatan, atau mecari sasaran yang lebih tinggi. Dan beliau percaya bahwa masa depan ada di tangan Tuhan, tinggal bagaimana kita berusaha untuk mendapatkannya.
Optimis, dalam menghadapi segala sesuatu dari cara kita bertindak, berharap, bahkan tekad untuk merubah keadaan yang lebih baik. Adalah sikap yang Beliau tunjukan dalam setiap kehidupan beliau berbalut masalah yang memang tak mudah untuk bisa beliau hadapi sendiri, namun sikap beliau tidaklah kendur bahkan beliau selalu dan terus berhartap dari apa yang beliau rasakan saat itu bisa berubah lebih baik keesokan harinya ataupun saat itu juga.

Ternyata pengharapan itu lebih sulit diperttahankan ketika kita dihadapkan pada tantangan yang tidak disangka – sangka. Kehidupan itu tidaklah tinggal diam bagi siapapun, kehidupan itu penuh dengan perubahan, entah besar ataupun kecil. Yang jelas maut adalah perubahan yang terakhir; kita masing – masing harus menghadapinya suatu saat kelak.
Bagi Beliau, angin apapun yang bertiup ke arahnya, pengharapan beliau tetap. Ketika Anda berda di atas permukaan air, angin menghembuskan banyak kondisi yang mengacaukan ke arah Anda. Demikian juga dengan kehidupan ini, dan kondisi – kondisi yang mengacaukan itu – perubahan–perubahan dalam keadaan kita, bisa menghancurkan kita atau malah menguatkan kita (Rich Devos).


2. Keuletan

“Anda takkan pernah tahu apa yang mungkin anda capai hingga anda mecobanya. Kebenaran tersebut demikian sederhana sehingga ada orang yang sama sekalai melupakannya” (Rich Devos).

Keuletan adalah unsur terpenting dari sukses dalam kehidupan ini. Keuletan mencakup tekad dan kemauan untuk bertekun apapun hambatanya. Kalau anda rela tersandung dan terjatuh dan tetap maju terus, anda akan sukses. Tetapi ada perbedaan antara keuletan dengan sikap keras kepala, janganlah mengacaukan tekad dengan kepala batu, keduanya tidaklah sama. Sikap keras kepala menuntun kepada jalan buntu berupa perilaku bodoh dan tdak produktif; keuletan memajukan sikap anda. Sikap keras kepala memutuskan hubungan anda dengan kenyataan, dan dapat mengakibatkan ketidak-aktifan yang melumpuhkan. Keuletan memelihara hubungan anda dengan kehidupan dan membantu anda memelihara momentum.

Keuletan ada maksudnya, keuletan mengalir dari suatu keputusan dan menuju suatu sasaran. Sikap keras kepala itu bersifat tidak teratur dan tidak bertujuan, ia membuat orang kesal. Keputusan – keputusan kecil terakumulasi terus sehingga menjadi suatu keputusan besar yang tampaknya tak terelakkan. Jumlah total keputusan – keputusan kecil adalah satu keputusan besar. Jadi begiu anda tetapkan sasaran dan memutuskan untuk mengejarnya sepenuh hati, maka langkah berikutnya menghitung biayanya. Ketika dihadapkan dengan kegagalan atu kekecewaan, hnya ada dua pilihan bagi anda ; anda menyerah atau ulet.

3. Keprcayaan Diri

“Lebih daripada pelajaran tunggal yang manapun juga, pengalaman saya telah berkonspirasi untuk mengajari saya nilai dan upaya yang penuh dengan kepercayaan diri serta tekad yang kuat” (Rich Devos).

Salah satu ironi terbesar dalam kehidupan ini adalah fakta bahwa orang yang membidik rendah seringkali tepat bidikannya. Mereka tidak membidik apa-apa dan biasanya malah bidikannya tepat. Tetapi daya yang paling kuat di dunia bisa jadi adalah mereka-mereka yang berani membiodik tinggi-tinggi dan terus berlatih, hari demi hari, hingga tepat sasaran. Dan yang mendorong keuletan seperti itu adalah `Kepercayaan diri`. Kalau anda tidak percaya kepada potensi anda untuk mencapai suatu sasaran, mungkin anda takkan terus berusaha.
Hampir semua orang bisa melakukan apapun yamg ingin mereka lakukan kalau mereka percaya diri bahwa mereka bisa melakukannya. Dan itu adalah suatu pilihan, kita memilih percaya diri dan percaya kepada sasaran-sasaran kita. `Kepercyaan diri adalah pilihan sekaligus karunia, seandainya anda tidak mendapatkan karunia_Nya, maka anda bisa memilihnya. Dan ketika anda memilih, anda peroleh karunia tersebut.
Kegagalan dan pengambilan resiko seringkali menjadi berkat tersamar. Kalau anda tidak mau berisiko gagal, maka kemungkinan besar Anda takkan berani mengambil banyak risiko. Beliau telah belajar mengambil risiko dan mengatasi kekalahan untuk mencapai sasaran dan merelisasikan impiannya.

Kepercayaan diri seringkali berakar dalam pengharapan tidak rasional bahwa segalanya akan beres. Janganlah biarkan impian anda mati karena kurang percaya diri, jangan biarkan orang lain memindahkan ketakutan mereka kepada anda, dan jangan tunggu sampai anda “cukup tahu”. Sebab kalau tidak, anda takkan pernah mulai. Anda takkan pernah belajar segala yang perlu anda ketahui hingga anda mulai melakukannya. Pokoknya anda harus berhenti berpikir, berhenti berbicara, berhenti menimbang-nimbang argumentasinya dan menghitung biayanya, dan langsung terjun.
Mana mungkin anda tahu, apa yang sanggup anda capai, kalau anda tidak pernah mencobanya? “Cobalah atau menanggislah”. Entah anda mencobanya atau, janganlah menangisinya lagi. Kepercayaan diri akan datang dalam bertindak.

4. Optimisme

“Kalau anda mempunyai kobaran ompian di dalam diri anda, bersyukurlah kepada Tuhan karena-Nya, dan perbuatanlah sesuatu tentang itu. Dan jangan biarkan orang lain memadamkannya”. (Rich Devos)

Kalu anda memikirkan sesuatu yang buruk terjadi, mungkin akan benar-benar terjadi. Pesimisme itu jarang mengecewakan, tetapi prinsip yang sama juga berlaku bagi kebalikannya. Kalau anda perkirakan hal-hal baik terjadi, biasanya demikinalah kenyataannya! Tampaknya ada hubungan sebab akibat yang alami antara optimisme dengan sukses.
Optimisme dan pesimisme adalah sama-sama daya yang sangat kuat, dan kita masing-masing harus memilih yang mana kita mau membentuk cara pandang kita dan ekspektasi kita. Itu adalah keputusan kitra sendiri; Dari perspektif manakah kita mau memandng kehidupan ini? Akankah kita menengadah ke atas dalam pengharapan, atau, menunduk ke bawah dalam keputus-asaan?
Sikap seorang optimis bukanlah suatu kemewahan; itu suatu kebutuhan. Cara anda memandang kehidupan menentukan bagaimana perasaan anda, bagaimana anda berprestasi, dan seberapa baik anda bergaul dengan sesama. Sebaliknya, pikiran negative, sikap negative, dan ekspektasi negative, akan menjadi nubuat yang tergenapi sendiri. Pesimisme menciptakan tempat menyedihkan, di mana tak seorang pun mau tinggal. Satu – satunya hal yang lebih kuat daripada kenegativan adalah penegasan positif, kata yang penuh optimisme serta pengharapan. (Rich Devos)

Adalah jauh lebih mudah mengkriitk daripada mencipta. Kalau kita hormati para kritikus masyarakat, ujung – ujungnya kita menjadi masyarakat kritikus, dan ketika hal itu terjadi, tak ada lagi tempat bagi optimisme yang konstruktif. Kemajuan itu selalu didorong oleh pemikiran yang optimis, yang positif, orang akan terdorong oleh pujian dan dorongan (motivasi).
Optimisme itu tidak perlu naïf. Anda bisa optimis dan tetap mengakui masalah – masalah yang ada dan bahwa ada masalah yang tidak mudah ditangani. Tetapi sungguh besar pengaruh optimisme itu terhadap sikap sang pemecah masalah. Optimisme mengalihkan perhatian kita dari kenegativan dan menyalurkannya ke dalam berpikir konstruktif yang positif. Kalau anda seorang yang optimis, anda lebih memperhatikan pemecahan masalahnya dari pada perdebatan yang sis-sia tentang masalah tersebut. Sesungguhnya, tanpa optimisme, masalah sebesar dan seberkelenjutan seperti kemiskinan takkan dapat dipecahkan. Dibutuhkan seorang pemimpin, seorang yang mempunyai ide-ide, yang sangat optimistic, keuletan yang besar, dan kepercayaan yang tak terbatas untuk menangani masalah sebesar itu.

5. Penghormatan

“Orang yang menjadi pemimpin besar biasanya menghormati para pengikutnya, sama mendalamnya dan sama nyatanya seperti mereka menghormati dia”. (Rich Devos)

Ada orang yang mengatyakan bahwa kasihlah yang membuat dunia berputar. Tetapi dalam prakteknya, dalm hubungan kita sehari-hari dengan sesama, penghormatanlah yang membuat dunia berputar. Setiap orang adalah manusia yang diciptakan menurut gambaran Tuhan dengan maksud serta tempat tertentu dalm kehidupan ini. Kalau kita beroperasi menurut standar ini, kita akui martabat manusia lainnya dengan memperlakukan mereka seperti kita sendiri ingin diperlakukan. Kalau kita lakukan ini kita tegaskan dan kita berdayakan mereka dengan cara yang berarti serta konkrit, kita hormati mereka. (Rich Devos)

Kalau beroprerasi menurut standar ini, kita rendahkan dan kita sepelekan sesame menurut prasangka kita sendiri. Kalau kita mengkatagorikan atau mencap orang, kita rampas martabat mereka. Standar ukuran kita janganlah pernah dari warna kulit seseorang atau agamanya, ia bersekolah di mana, ia tinggal di lingkungan mana, mobil apa yang dikendarainya, pakaian apa yang ia kenakan, atau bahasa apa yang digunakannya. Kalau kita dirikan dari hambatan-hambatan seperti itu, kalau kita memandang orang hanya sebagai cap, maka kita bukanlah memandang mereka seabagai manusia yang berpotensi dan berintelijensi. Terlalu sering kita nilai orang dari pekerjaannya, melupakan kompetensi mereka karunia-karunia unik serta pening dari mereka.
Rakyat “biasa’ adalah tulang punggung setiap bangsa. Merekalah pria wanita yang menjadikan segalanya terlaksana. Merekalah pahlawan-pahlawan masyarakat, garam-garam dunia, yang kurang dihormati.

Penghormatan itu timbal balik sifatnya : “segala sesuatu ada balasannya”. Dengan kata lain, kalau anda ingin dihormati, anda harus menghormati sesama. Kalau anda tidak memberikannya, anda takkan mendapatkan balasannya. Oaring akan memahami sikap anda secara naluriah, seandainyapun mereka tak dapat menguraikannya dengan kata-kata.
Penghormatan tidaklah bisa anda tuntut. Penghormatan harus anda raih. Ingat-ingatlah orang dengan siapa anda berhubungan secara teatur – keluarga, teman, pelanggan, klien, rekan. Mereka semua menyentuh kehidupan anda dengan cara unik dan istimewa. Berapa banyakkah diantara mereka yang tahu bahwa anda menghormati mereka atas perbuatan mereka dan atas siapa mereka?
Berilah mereka penghormatan yang layak mereka terima. Jadikanlah penghormatan anda terhadap mereka itu berwujud. Itulah yang menjadikan dunia berputar.

6. Akuntabilitas

“Semua orang bertanggung jawab kepada seseorang” (Rich Devos)

Akuntabilitas adalah sudah setua Taman Eden. Ketika Adam dan Hawa memakan buah apel terlarang itu, mereka sama-sam “menyalahkan orang lain”. Tetapi sebelum hari berakhir, keduanya telah dimintai pertanggung jawab atas perbuatan mereka.
Semua orang bertanggung jawab kepada seseorang. Akuntabilitas adalah perekat yang memepersatukan masyarakat. Itukllah kontrak sosial yang mendikte bagaimana kita hendaknya bersikap sehubungan dengan satu sama lain. Setidaknya demikianlah teorinya. Dalam prakteknya, kontrak sosial ini bisa berwujud maupun tak berwujud.

Kontrak yang berwujud adalah hukum yang berlaku di Negara kita. Yang tak berwujud, tetapi lebih penting, tercermin di dalam nilai-nilai pribadi kita sendiri, yang adalah akuntabilitas kita. Yang tak berwujud ini timbul dalam kehidupan sehari-hari dari kepercayaan individual terhadap prinsip-prinsip tertentu. Inilah komitmen batiniah terhadap perilaku lahiriah. Asumsi bahwa masing-masing orang itu bertangung jawab atas perbuatannya – dan bahwa prilaku yang baik seharusnya diberikan imbalan dan perilaku yang buruk seharusnya dihukum – adalah demikian mendasarnya sehingga tak pernah secara sungguh-sungguh dipertanyakan hingga pertengahan abad ke dua puluh.

Sayangnya dibanyak kalangan sekarang ini, asumsi tentang tanggung jawab pribadi telah kehilangan kuasanya. Ada kritikus kebuadayaan yang membuat kita percaya bahwa tak seorang pun benar-benar bertanggung jawab atas perbuatannya, bahwa manusia itu hanyalah produk dari kuasa-kuasa sosial yang berlaku.
Anggapan bahwa manusia itu boneka gantung sementara kondisi-kondisi sosial adalah talinya sungguh merupakan prasangka yang menyedihkan. Itu mengimplikasikan bahwa ada orang yang dianugerahi dengan hikmat serta kuasa yang mengendalikan kehidupan mereka sendiri sementara yang lain hanyalah terrsentak-sentak oleh masyarakat, bahwa mereka entah terlalu lemah atau tidak tau apa-apa untuk membuat pilihan-pilihan yang intelejen. Hanya ketika kita bertanggung jawab penuh atas perbuatan-perbuatan kitalah maka kita dapat menanggalkan beban kesalahan kita dan maju terus. (Rich Devos)

7. Keluarga

“Keluarga-keluarga yang kuat dibentuk oleh orang-orang yang kuat, yang cukup percaya kepada nilai peran mereka sebagai orang tua sehingga bersedia mengatur keseluruhan kehidupan mereka, kalau perlu, di seputar rumah dan kelurga” (Rich Devos).

Betapa pentingnya peranan keluarga dalam menjaga, merawat, mendidik serta dalam perkembangan individu seseorng. Keluarga sebagai lingkup terkecil dalam masyarakat merupakan awal langkah dari setiap sesuatu yang dituju, dari harapan hingga kesuksesan. Rumah adalah tempatnya kasih dan tanggung jawab dipelajari dan nilai-nilai diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keluarga yang sehat tergantung pada komitmen bersama di antara anggotanya. Para anggota keluarga membuat komitmen terhadap satu sama lain dan terhadap nilai-nilai tertentu, khususnya iman agama. Tanopa landasan-landasan rohani, anak-anak tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk melalui masa-masa sulit.

“Tak ada subtitusi untuk waktu berkualitas yang kita lewtkan bersama keluarga, waktu ketika benar-benar membuka diri, terhadap anak-anak, antusias melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan”. (Rich Devos)


8. Kebebasan

“Saya percaya kepada kehidupan dengan `ya` yang besar dan `tidak` yang kecil. Dan sya percaya penegasan setiap harinya, dengan bangga dan dengan antusias, adalah pengalaman yang positif”. (Riich Devos)
Kita cenderung kurang menghargai segalanya bukan? Dan salah satu hal terbesar yang kurang kita hargai adalah demokrasi kita – Negara kita dan kebesan kita. Kebanyakan orang menghargai kapitalisme dan standar kehidupan yang lebih tinggi yang diakibatkannya, tetapi terlalu banyak orang yang tidak lagi tertarik kepada pengibaran bendera atau patriotisme dengan tangan di dada.
Dalam bagian `Kebebasan` ini Rich Devos membahas mengenai Negaranya Amerika Serikat yang mana idelisme dari politik dan ekonominya menganut demokrasi liberal dan kapitalisme demokrasi. Melihat dari titik balik apa yang dihasilkan oleh Negara tersebut mencermikan kemajuan yang sangat pesat mulai dari system pemerintahan, ekonomi, teknologi hingga aspek liberalisme itu sendiri.

“Kapitalisme itu bermoral atau tidak bermoral tergantung pada orangnya. Setiap orang merdeka berisiko mengeksploitasi sesamanya, berisiko tamak, berisiko jatuh ke dalam perangkap konsumerisme, berisiko menghindari tanggung jawabnya terhadap keluarga, bangsa dan Tuhan. Tetapi semuanya adalah resiko yang harus kita belajar kelola. Usaha `bebas` bukanlah karunia cuma-cuma, kita harus berupaya memeliharanya. Orang-orang merdeka di masyarakat yang bebas dapat memlih baik dan jahat. Mereka mempunyai pilihan! Satu-satunya sistim politik atau ekonomi di mana kita kita tidak menghadapi resiko adalah system politik atau ekonomi di mana kita tidak bisa memilih. Kalu kita melupakan hal itu, kita akan kehilangan segalanya”. (Rich Devos)

9. Iman

“Tanpa iman kita sesat, hanyut di dunia tanpa jangkar” (Rich Devos)

Beliau percaya bahwa pengharapan, keuletan, kepercayaan diri, optimisme, penghormatan, akuntabilitas, keluarga, dan kebebasan itu penting bagi kehidupan yang sukses serta memberikan imbalan, terlebiah lagi Beliau percaya perlunya kita beriman secara pribadi, secara mendalam, kepada Tuhan. Baginya, itu berarti percaya kepada Allah dan Tuhan kita. Iman bukanlah pasif pribadi. Iman itu aktif. Iman adalah sesuatu yang dapat anda amalkan serta anda nyatakan. Lebih lanjut, iman memberi anda sesuatu untuk berpegangan disituasi-situasi yang terburuk, entah dalam kehidupan bisnis maupun dalam kehidupan pribadi. Keidak-pastian menghadapi daya-daya yang sangat kuat serta tak terkendali sungguh menakutkan. Di saat itu kita dihadapkan dengan pilihan menentukan, kita bisajatuh ke dalam kekacauan yang penuh dengan kecemasan, atau kita bisa meraih iman yang hidup kepada Tuhan yang menopang kita dan memberi kita kekuatan untuk maju terus. Kita bisa hidup, atau kita bisa mati – secara harfiah, secara rohani ataupun keduanya.

Iman itu melampaui nalar : iman mengisi jurang ketika anda tidak tahu apa yang harus anda perbuat atau apa yang akan terjadi. Itulah pilihan untuk terus hidup, bahkan ketika menghadapi maut pun. Itulah kesediaa mengambil risiko bahkan ketika kemungkinannya kecil pun. Itulah karunia yang anda terima dan pilihan yang anda buat. Itulah kepercayaan bahwa dalam keadaan yang paling tidak pasti dan sulit pun, entah anda dapat melihatnya atau tidak, tetap saja ada maksudnya.
Iman adalah berkat, tetapi terkadang mengamalkan iman itu sulit. “Umpamanya, mungkin sulit percaya kepada Tuhan yang penuh kasih kalau anda tidak mempunyai orang-orang yang penuh kasih di sekeliling anda. Beberapa orang yang paling sedih yang saya kenal adalah mereka-mereka yang mengahadapi ketidakpastian sendirian”.(Rich Devos)

Terkadang orang heran mendengarkan seseorang yang kaya atau berkuasa mendiskusikan pentingnya hal-hal rohani, tapi ketahuilah bahwa iman itu penting. Uang tak dapat membeli kedamaian pikiran. Uang tidak dapat menyembuhkan hubungan-hubungan yang retak. Uang tak dapat memberikan makna kehidupan. Uang tak dapat menyejukkan nurani yang merasa bersalah atau memperbaiki hati yang patah. Kekayaan sejati berasal dari tangan Tuhan, dan kebahagian sejati hanya tumbuh dari iman kita kepada-Nya.

Sukses itu hampa dan tidak memuaskan tanpa iman. Tanpa Tuhan, kehidupan tak jelas maksudnya atau arahnya, dan kehidupan yang baik itu tidak mungkin.

10. Kasih Karunia

“Dikatakan bahwa yang penting bukanlah bagaimana seseorang yang mati, melainkan bagaimana ia hidup, dan saya merasa telah menjalani kehidupan saya sepenuhnya. Saya telah mencapai sebagian besar sasaran yang saya tetapkan bagi diri saya sendiri. Saya telah menyaksikan mimpi-mimpi saya menjadi kenyataan. Saya mempunyai hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan”. (Rich Devos)
“Transpalasi jantung adalah lebih dari sekedar prosedur medis biasa ; itu adalah ujian terhadap karakter dan kemauan. Orang yang selamat harus dapat mengerahkan sumber-sumber daya batiniah dan berjuang untuk bertahan.” (Rich Devos)

Beliau tak pernah putus asa, meski harus beberapa kali mengahadapi transpalasi jantung. Ketegaran, ketabahan, kekuatan iman beliau menjadi kunci bagaimana beliau harus melewati masa-masa kritisnya. Serta dukungan dari orang-orang terdekatnya yang selalu memberi support beliau. Dan bagi beliau hal yang tak kalah penting lagi adalah kasih karunia Tuhan yang tak ada bandingannya memberikan kepada setiap individu manusia yang mau dan terus berusaha bangkit dari keterpurukan dan berpijak di atas kesuksesan tanpa kesombongan.

“Takut gagal menghalangi kita untuk mencoba meraih sukses. Takut kalah menghalangi kita untuk mencoba meraih kemenangan. Takut apa kata orang menghalangi kita untuk melangkah dengan berani. Takut dicemooh menghalangi kitamenyatakan iman kepada Tuhan. Di atas segalanya, ketakutan mencekik pengharapan”. (Rich Devos)

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda